“Anaiza Bilqis Alifatunnisa…!!”
Dosen
itu memanggil namaku keras sekali, menyadarkanku dari lamunan tentang
seseorang. Sejak tadi pagi fikiranku tidak terfokus pada kuliah. Entahlah saat
ini hatiku tak karuan, dipenuhi perasaan-perasaan aneh yang menarik ulur
hatiku.
“Hadir pak…!!” kata itu spontan
keluar dari bibir manisku. Bukan bermaksud sombong, tapi orang-orang sering
bilang kalo bibirku manis, sampai-sampai aku ke-GR-an karenanya. Teman-temanku
tertawa mendegar jawabanku, apalagi melihat mukaku yang memerah seperti udang
rebus karena diserang pasukan malu. Aku baru sadar setelah nyawaku kemabli
terkumpul, ternyata dosen itu tidak sedang mengabsenku, tapi beliau tau bahwa
fikiranku sedang mengembara. Tanpa berfikir panjang, dosen killer itu langsung
memberiku tugas membuat makalah analisa hadis sebagai hukuman. Tidak ada yang
bisa aku lakukan selain menerima tugas tesebut dengan berat hati, karena setumpuk
tugas telah membanjiriku dan tertampung di meja belajarku. Seandainya tugas-tugas
itu bisa berbicara, aku yakin sekarang mereka sudah berteriak-teriak menangis
karena tidak segera disentuh oleh empunya. Kuliah di FAI UMY demi menjadi
seorang guru ini memang tidak bisa dianggap ringan.
“huuuhhh….” Aku hanya bisa bergumam
dalam hati, tanpa ada niat untuk meminta kemurahan hati sang killer.
Mungkin orang
lain menganggap aku aneh luar biasa. bagaimana tidak, orang lain pusing2
mikirin pacar sedangkan aku disini pusing-pusing mikirin sahabat cewekku. Aku
memanggilnya “Aya”, sahabatku sejak aku
menduduki bangku kuliah. Aufa Bunayya satu kelas denganku, dan kami juga
satu kosan. Sahabatku seorang yang berperawakan tinggi, cantik, pandai, dan menurutku
sedikit galak. Aku nyaman bersahabat
dengannya. Aya adalah sahabat yang paling aku sayang, bahkan jika aku harus
memilih, aku lebih memilih Aya daripada pacarku. Entahlah, jika tanganku telah
menggandeng seorang sahabat, maka aku tak pernah ingin melepaskan gandengan
tanganku, jika tanganku telah merengkuh memeluk sahabt, aku tak ingin
kehilangan dia. Dan jujur, aku tidak suka ketika sahabatku mempunyai sahabat
lain sehingga dia tak lagi menuntunku. Bagiku sahabat termasuk orang yang
paling aku sayang. Akan tetapi alangkah malangnya aku, ternyata Aya tidak
seperti aku. Jika dianalogikan seperti
pacar, mungkin saat ini aku bertepuk sebelah tangan. Aya tidak memperlakukanku seperti aku
memperlakukan dia. Kerap sekali dia meluapkan amarahnya kepadaku, dan aku tak
tau apa sebenarnya salahku, kerap kali dia berbicara yang menyakiti hatiku, dia
juga sengaja memperlakukan hal-hal yang tidak aku sukai, Tapi disisni aku tetap
sabar, aku punya prinsip, kebaikan pasti akan dibalas dengan kebaikan juga.
Pada
awalnya Aya bukan orang seperti itu, dulu dia adalah sahabat yang selalu
mengerti aku, selalu menemaniku disaat suka maupun duka, dan dia adalah
tempatku melabuhkan cerita. Aya selalu
memperlakukan aku layaknya keluarga. Tetapi itu dulu, dulu, dan dulu, sampai
aku bosan dengan kata “dulu”. Aku berharap kelak dia akan menjadi sahabat yang
aku kenal lagi. Semenjak kedekatanya dengan kak Kiki, sikapnya berubah. Kak
Kiki adalah seniorku semasa SMA dan senior kami semasa kuliah ini. lagi-lagi “dulu”
aku dekat dengan kak Kiki, aku menganggapnya kakakku sendiri, hal yang paling membahagiakan
aku, dia juga menganggap aku adek. Fistannisa Haqiqi yang kerap aku panggil kak
kiki mempunyai kepribadian unik, sehingga banyak yang tertarik untuk menjadi
temannya. Dia memang orang yang berperangai sederhana, dari kesederhanaannya
itulah, banyak orang yang suka dengannya. Sedikit cerita, pernah aku menjadi
bulan-bulananya karena tidak tertib saat di SMA..celakanya aku, dia adalah
orang yang paling disiplin yang pernah aku kenal. Di jogja, aku menjadi juniornya lagi, dia
masih disiplin seperti dulu, dan aku dan kak Kiki juga dekat seperti dulu, aku bangga punya kakak seperti kak kiki yang
teman-temanku tidak punya, aku bahagia menjadi adeknya.
Tapi
kebahagiaan itu tidak lama, sejak akhir smester satu keadaan berubah. Aya lebih dekat dengan kak kiki daripada aku.
Awalnya aku tidak menganggap itu hal yang berarti. Tetapi semakin aku rasakan
aku semakin tertekan. Aku merasa kehilangan sahabat dekatku. Aku merasa Kak
kiki sudah merebut Aya dariku. Sejak itulah aku tidak akrab lagi dengan kak Kiki. Semakin aku rasakan semakin sesak
rasanya. Apalagi sikap Aya yang membuatku semakin memanas. Dia tidak terbuka
lagi denganku, dia selalu merahasiakan segala sesuatu dari aku, yang pasti itu
ada hubungannya dengan kak Kiki.
“mana Hapeku?” aya meminta HPnya yang
sedang aku gunakan untuk nonton TV,
“Ini” sambil aku ulurkan tangan
untuk mengembalikan HP pada empunya.
“Bukanya tadi ada SMS yaa?” Aya
menyelidiki. Lebih tepatnya bukan menyelidiki, tapi sebenarnya Aya ingin
bertanya kenapa aku mengahapus SMS yang tertuju untuknya. Karena dia sudah tau
kalo tadi ada sms yang belum sempat dia baca.
Tidak jarang
aku membaca SMSan Aya dengan Kak Kiki, dan aku rasa biasa-biasa saja, tidak ada
yang aneh, tapi kenapa mereka harus menyembunyikan dari aku?? Karena emosi,
seringkali aku menghapus sms dari kak Kiki tanpa sepengetahuan Aya. Sebenarnya
aku tidak ingin seperti ini. Aku ingin hubungan kita bertiga baik-baik saja.aku
tak ingin ada masalah dengan Aya maupun kak Kiki. Terlebih lagi, aku dan kak
kiki berasal dari satu daerah, dan kami mendapat amanah untuk berdakwah bersama
setelah lulus kuliah nanti.
“ Aya, tolonglah kamu negrtiin aku,
aku gk masalah kamu dekat dengan kak Kiki, tapi bukan seperti ini caranya,
tolonglah terbuka sama aku seperti dulu. Aku gk akan bisa baik dengan kak kiki
kalo kita seperti Ini…” aku coba berbicara serius dengan Aya dan aku harap Aya
bisa mengerti aku. Tapi tak ada jawaban
dari Aya.
Mungkin karena terlalu banyak
fikiran, banyak tugas kuliah juga, aku jatuh sakit. Dokter mengfonis aku sakit
Thypus. Terpaksa aku harus opname di RS Cianjur. Selama seminggu aku dirumah.
Aku bahagia karena Aya bisa mengerti aku. Dia selalu memperhatikan kesehatanku
meskipun hanya dengan perantara HP.
“maafin aku Bil, iya aku gk akan
seperti itu lagi, aku akan menjadi sahabatmu yang baik, dan aku gk akan
nyakitin kamu lagi, ayo kita jalin hubungan yang baik dengan kak Kiki.” Sms
dari aya.
Bahagia sekali
aku mendengar hal itu. Sms itu memberiku semangat tersendiri untuk cepat
sembuh. Setelah sms itu, aku tak pernah lagi bertengkar dengan Aya walaupun
hanya di sms. Aku kembali menemukan Aya yang sebenarnya, Aya yang baik hati.
“Gimana
kabarnya dek? Udah sembuh kan? Jangan mikir yang berat-berat, jaga kondisimu
baik-baik…aku selalu mendoakan kamu supaya cepat sembuh,..:) “ sms dari kak
kiki. Kebahagiaanku bertambah, bahagianya aku ketika kami bisa seperti ini
dulu, sekarang, dan esok. Hubunganku dengan Aya dan kak Kiki akhirnya bisa baikan
juga.
“Alhamdulillah udah baikan kak,
berkat doa dari kakak. Makasih kak, kita
akan berdakwah bersama ketika lulus nanti J “ tidak menunggu lama aku langsung membalas sms kak kiki. Senang
sekali rasanya, senyum manis di bibirku kembali mengembang untuk kedua kalinya.
Bunyi nada sms menyampaikan pesan
bahwa ternyata kebahagiann itu tidak lama. Aku dapat kabar dari temanku di
Jogja.
“masalah bil, si Aya barusan pulang
diantar sama kak Kiki, mereka habis main berdua. Si Amel marah deh sama mereka
berdua. Biasa cembukur…..”
Hatiku yang
tengah dingin kembali memanas. Ternyata sikap mereka yang baik selama ini hanya
sebuah rekayasa untuk menenangkanku. Aya sebenarnya tidak hanya menyakitiku,
Amel juga tersakiti olehnya. Meskipun aku yakin Aya tidak bermaksud menyakitinya.
Amel dekat dengan kak Kiki, sama seperti aku dan aya, Amel tidak ingin kak kiki
dengan yang lain. Saat ini aku bisa merasakn apa yang amel rasakan. Wajar saja
jika dia marah. Karena Aya dan kak Kiki juga mnyembunyikan sesuatu darinya.
Aku
coba konfirmasikan hal itu dengan Aya. Yang membuat aku lebih frustasi adalah
Aya tidak mau mengakui hal itu. Aku tau dia mungkin takut menyakitiku. Tapi
sejujurnya aku lebih sakit ketika dia bebohong seperti ini, karena faktanya
udah jelas. Aku coba nasehati Aya, aku bilang ke dia bahwa yang tersakiti bukan
hanya aku saja, tapi Amel juga sakit hati karenanya. Aku sakit lagi. Masalah
ini memaksaku untuk berfikir terlalu berat. Aya tak kunjung mengerti aku. Aku
hanya bisa pasrah, tak tau apa yang harus aku lakukan.
Disisi lain,
kak kiki juga dekat dengan Ussi, teman satu kosnya. Dan bisa ditebak lagi, kak
Ussi juga marah dengan Aya, tentu karena kedekatnya dengan kak kiki. Aku tidak
ingin semuanya seperti ini. aku gk mau Sahabatku dibenci oleh orang-orang
disekelilingnya. Aku hanya bisa berdoa, semoga Aya sadar bahwa apa yang dia
lakukan itu menyalahi banyak orang. Bukan maksudku untuk mengekang Aya, aku
hanya melakukan yang aku rasa baik untuk Aya. Aku yakin, suatu saat nanti aku
akan temukan Aya yang dulu. Karena Allah selalu melihat ketulusan hati
hambanya.
Aku telah sembuh dari penyakit yang menyiksaku
selama 3minggu itu. Hanya Bus Handoyo yang
mengantarku ke kota pelajar. Perasaan malas beraktivitas di Jogja
menyelimuti hatiku. Aku bisa membayangkan apa yang akan aku rasakan di
Jogj nanti. Pasti sangat pahit dan serba
tidak mengenakkan hati. Namun aku sudah menyiapkan berkarung-karung kesabaran
di hatiku yang tidak akan pernah habis. Aku bukanlah orang yang mudah menyerah
begitu saja. Aku yakin semua dibelakang semua ini ada hikmah yang tersembunyi.
Sesampainya di
kos, aku terkejut bukan kepalang. Aya memelukku erat sekali. Dia menyadari
bahwa apa yang telah dia lakukan itu menyalahi banyak orang.
“maafin aku Bilqis, aku udah
nyakitin banyak orang. Aku akan tetap jadi sahabatmu yang baik.” Ucap Aya
sambil memelukku. Bahagia sekali aku
mendengarnya. Bibir manisku tersenyum kembali untuk yang ketiga kalinya.
“Alhamdulillah, akhirnya kamu
mengerti juga apa yang aku maksud J “ sambil melepas pelukanya, aku memandang Aya sambil mengucapkan
kata itu.
“kak Kiki minggu depan akan menikah,
dia minta doa restu dari kamu, Amel punya pacar baru. Aku semakin sadar kalo
persahabatan kita sangat berarti, persahabatn kita akan kekal sampai akhir
hayat.”
Tak ku sangka,
Aya yang masih punya sifat kekanak-kanakan bisa mengucapkan kata-kata bak embun
menyirami hatiku yang gersang. Terima kasih Ya Allah, engkau mendengar doaku,
yang harus digaris bawahi, ini adala bonus dari Allah karena aku tak pernah
menyalahkan seorangpun dari mereka. J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah membaca..dimohon masukannya ya.. :)